Aset Riau Jalur Lari

Oleh Ahlul Fadli

Sempat ditentang orang tua. Kini ia fokus hadapi PON 2012.

RANTI Febriani Eka Putri saat itu duduk di kelas 2 SMAN 13 Pekanbaru. Ia ikut Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) cabang atletik lari. Ranti wakili Riau di cabang lari 400 dan 800 meter gawang puteri.

“Belajar disiplin, mandiri, dan belajar cari penghasilan sendiri.”

Ranti Febriani Eka Putri. Foto Istimewa

Selain Ranti, masih ada 12 wakil Riau lainnya. Ranti termasuk kategori remaja umur 17 tahun ke bawah. “Sebelum mulai nervest banget,” akunya mengenang momen itu. Makin gugup lagi saat ia masuk lapangan pertandingan. “Dor…” bunyi pistol tanda dimulai pertandingan. “Saat lari nervest langsung hilang.”

Ranti terus berlari dan berlari. Yang ada dibenak, secepatnya sampai garis finish. “Cepat sampai, cepat sampai,” itu yang selalu terucap di hatinya. Tiba di garis finish. Ia yang pertama sampai. Ranti pun berhasil menjuarai lomba itu.

Ranti lahir di Painan, Sumatera Barat, 4 Februari 1990. Sejak kecil, anak pertama dari lima bersaudara ini suka olahraga. Ia tak suka main boneka—tak seperti kebanyakan anak perempuan lainnya.

Kelas 5 SD, Ranti mulai tekuni olahraga lari. Bakat itu muncul saat pelajaran olahraga lari di sekolahnya. Ia pun diikutkan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) antar SD se-Pekanbaru.

Bertempat di SDN 005 Rumbai, Ranti mewakili SDN 002 untuk cabang lari. “Belum terpikir untuk menang,” katanya. Latihan seadanya, pemanasan dan lari-lari kecil sebelum tanding, Ranti berhasil meraih juara satu se-Pekanbaru. Ia lalu diberi beasiswa. “Tak bayar uang sekolah sampai tamat,” ucapnya.

Masuk SMPN 19 Pekanbaru, Ranti vakum lari. “Memang tak terpikir ikut lomba lagi,” katanya. Lulus SMP, Ranti lanjut ke SMAN 13 Pekanbaru. Di sana ia bertemu Dedi, juga atlet lari. Dedi teman sekelas Ranti. Dedi ajak Ranti kembali lagi ke lapangan—ikut lomba lari. “Dari pada nggak ada kegiatan, mending gabung lagi,” kata Ranti menirukan perkataan Dedi.

Ranti tak langsung meng-iya-kan. “Belum minta izin orang tua.” Saat minta izin, rupanya orang tua melarang. Alasannya, jadwal latihan padat, dari pagi sampai sore. “Aku belum punya motor saat itu.” Ranti tak putus asa. Biarpun tak ada motor, “Pergi latihan naik oplet.”

Tak cukup sampai di situ, Ranti berupaya yakinkan orang tua. Ranti buktikan dirinya serius di cabang lari. “Mereka sempat ragu aku sanggup atau tidak. Aku bilang, nanti kalau tidak sanggup lagi, berhenti.”

Berkat dorongan Dedi, tahun 2006 Ranti ikut seleksi masuk Pusat Pelatihan Pelajar (PPLP) Cabang Atletik Kota Pekanbaru. Untuk bisa lolos, ia harus bersaing dengan sembilan orang lainnya dari kabupaten dan kota se-Riau. Syarat utama ikut seleksi PPLP: pernah juara Popda Riau.

Ranti lolos seleksi di PPLP. Ia masuk asrama. Jadwal latihan super ketat. Subuh latihan sampai pukul 06.00. Lalu berangkat sekolah. Pulangnya, latihan lagi. Begitu setiap hari. “Latihan dan sekolah sangat dikontrol. Tak ada kata tidak latihan, walaupun tidak ada pertandingan.” Khusus hari Minggu mereka libur latihan.

Ketika duduk di kelas 2 SMA, Suyanto dan Hasnur, pelatih lari Ranti, mengikutkannya dalam Popda. Mereka nilai Ranti punya potensi juara. Penilaian mereka tepat. Ranti berhasil meraih medali emas pada cabang lari 400 dan 800 meter gawang puteri. Itu kemenangan pertamanya setelah lama vakum dalam perlombaan.

Ranti tetap menomor satukan sekolah. Saat akan menghadapi ujian nasional, ia putuskan rehat selama enam bulan. Selesai ujian, ia kembali latihan seperti biasa.

Tamat SMA tahun 2008, Ranti sebetulnya tak ingin kuliah. “Lebih enak kerja.” Namun pelatih lari menganjurkan lain. Akhirnya ia masuk Universitas Riau jalur Penerimaan Bibit Unggul Daerah (PBUD). Ia pilih Jurusan Kepelatihan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). “Sebetulnya aku ingin jadi Polwan. Keren aja liatnya. Tapi tinggi badan kurang,” katanya.

Semasa kuliah, Ranti juga disibukkan dengan jadwal latihan maupun pertandingan. Beberapa prestasi berhasil diraihnya; juara satu lari 400 meter gawang pada Pekan Olahraga Daerah (Porda) di Bengkalis 2009, juara tiga 800 meter gawang pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) Palembang 2009, dan peringkat empat pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) di Jakarta 2010.

Pengalaman tak terlupa Ranti saat ikut Pomnas di Palembang. Ia mewakili Universitas Riau, dua minggu setelah lebaran. Selain dirinya, ada enam atlet lain yang diutus.

Sebelum bertanding, seperti biasa, ia pemanasan dulu. Saat pertandingan berlangsung, hujan turun. Ranti berada di lintasan empat lari 400 meter gawang. Saat pistol berbunyi, target menang sudah ada. “Tapi karena kelalaian atlit dan pelatih, aku berpindah posisi dari lintasan empat ke lintasan lain.” Ia pun didiskualifikasi.

Ia sedih dan kecewa. Namun berkat dukungan pelatih, semangatnya kembali muncul saat kelas lari 800 meter gawang. Ia mulai meredam sedihnya dan bertekad, “Di kelas ini aku harus juara.” Akhirnya Ranti berhasil dapat perunggu. “Lawannya cukup berat, rata-rata sudah punya jam terbang tinggi.”

Banyak hal berharga didapat Ranti dengan jadi atlit lari. “Belajar disiplin, mandiri, dan belajar cari penghasilan sendiri.” Atlet lari idolanya, Dede Herawati, seorang atlet nasional. Saat ini, mahasiswa angkatan 2008 ini tengah fokus persiapan menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 di Riau. ***

1 responses to “Aset Riau Jalur Lari

  1. mudah2an ka’ ranti menang

Tinggalkan komentar