Menteri Menyoal Dosen

REKTOR  UNIVERSITAS RIAU terpilih, Prof. Ashaluddin Jalil, telah definitif. Setelah sekian bulan menunggu—sejak terpilih November 2009. Ia dilantik Menteri Pendidikan Nasional, M. Nuh, Selasa (24/8) di Rektorat lantai empat.

Dengan setelan jas hitam rapi, dihadiri Gubernur Riau, Ashaluddin tampak siap membawa UR empat tahun ke depan. Segenap masalah UR tentu sudah bergelayut dalam pikiran sang rektor, program prioritas tentu sudah disiapkan.

Sebelum semua itu berjalan, M. Nuh, lebih dahulu melemparkan permohonan. Menurut Firdaus LN, salah satu senat universitas, permohonan berarti harus dilaksanakan. Anggaplah ini  sebuah kritikan.

Dalam sambutannya, M. Nuh mengatakan, “Mohon tingkatkan kualifikasi dan kompetensi dosen. Bukan berarti pembangunan stadion, auditorium gak penting, itu perlu. Tapi yang jadi ruh universitas itu kualitas dosen. Dari data saya jenjang pendidikan dosen S-3 di UR baru 9,8 persen dari 1019 jumlah dosen. Idealnya 20 persen jika ditilik dari prestasi UR peringkat ke-27 dari seluruh universitas di Indonesia,” kata M. Nuh.

Kedua, lanjut M. Nuh, tri dharma perguruan tinggi diterjemahkan bukan semata akademik. Tapi ada penelitian dan pengabdian masyarakat. “Coba evaluasi sudah sejauh mana kontribusi dosen-dosen kita untuk masyarakat.”

Ketiga, dengan bertambah tingginya posisi UR, jangan semakin redup. “Ibarat lampu, daya harus ditambah agar bisa diterima masyarakat luas,” kata M. Nuh.

Permohonan menteri ini harus kita cermati bersama. Rektor harus benar-benar membuat kebijakan yang prestisius. Anggaran untuk sekolah dosen, sampai dana pengabdian  mutlak diperlukan. Namun, tiap dosen yang akan disekolahkan, harus lewat seleksi,  dan diprioritaskan bagi dosen yang sungguh-sungguh untuk menuntut ilmu dan setelah itu siap mengabdi ke masyarakat, bukan dosen yang nyari S-3 guna kenaikan pangkat.

Pengabdian pada masyarakat, seharusnya sudah jadi kewajiban tiap dosen. Mereka adalah ruh universitas. Para dosen yang melakukan penelitian harus berdampak langsung pada komunitas masyarakat terdekat. Dengan begitu, penelitiannya lebih dirasakan masyarakat.

Artinya, UR masih harus banyak berbenah. Pembangunan segi fisik adalah salah satu prestasi. Tapi, keseimbangan pembangunan fisik dan peningkatan kualitas akademik harus jadi tolak ukur menuju universitas riset yang telah lama menggema. (redaksi)***

Tinggalkan komentar