Prof. Jasril Diminta Mundur

Oleh Giovani Gabreli

SERATUSAN lebih mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (Stifar)—sekolah milik Yayasan Universitas Riau—menuntut Prof. Jasril, pelaksana tugas (Plt) Ketua Stifar, mundur dari jabatannya. Tuntutan itu mereka sampaikan melalui aksi yang digelar Senin (27/9) pagi.

Lima alasan utama para mahasiswa menuntut Prof. Jasril mundur. Persoalan listrik kampus, infrastruktur kampus, penggunaan fasilitas kampus, pembohongan absen, dan Plt ketua rangkap jabatan. “Kami sudah selidiki dan kumpul­kan data sejak tiga bulan lalu,” aku Beni Iskandar, Ketua Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) Stifar.

Beni bersama Heri Febrian, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Stifar menjelaskan satu per satu alasan itu.

Listrik kampus. “Kapasitas ruangan kampus kami seharusnya dipasang AC. Tapi sampai sekarang masih kipas angin,” aku Beni. Itu tak jadi masalah bagi mereka. “Persoalannya, Pak Jasril bilang daya listrik Stifar tak mencukupi untuk pasang AC, tapi malah mengalirkan daya ke perumahan warga,” timpal Heri.

Masalah infrastruktur kampus. Mereka menyatakan jalan, pekarangan, dan laboratorium kurang diperhatikan. “Jalan buruk, pekarangan kampus tak jalas,” lapor Heri. Untuk laboratorium, Beni yakin jadwalnya akan bentrok. “Sekarang mahasiswa baru tambah banyak, sementara pengaturan jadwalnya tak jelas. Ini bisa menyebabkan bentrok,” jelas Beni.

Soal penggunaan fasilitas kampus. “Mobil dinas digunakan untuk kepentingan pribadi,” kata Heri. Beni membenarkan. “Untuk pulang kampung saat lebaran.” Mereka mengaku ada yang memberikan informasi ini. “Dia melihat langsung,” lanjut Heri.

Keempat, pembohongan absen. “Pak Jasril menulis jam kuliah tidak betul. Dia keluar dari kelas pukul 09.00, ditulisnya sampai pukul 09.40. Itu pembohongan publik. Itu pengalaman pribadi saya,” kata Beni.

Terakhir, rangkap jabatan. “Pak Jasril menjadi ketua di salah satu laboratorium di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan juga Plt Stifar,” papar Heri. “Lagi pula, ia sering sibuk di luar dan jarang berada di kampus,” timpal Beni lagi.

Ditemui di Jurusan Kimia FMIPA, Prof. Jasril membantah semua tuduhan itu. “Kalau mahasiswa minta saya mundur, saya mau saja. Tapi saya mengemban amanah dari atasan untuk menjadi Plt Stifar. Jadi saya hanya melaksanakan tanggung jawab,” tuturnya. “Saya tak sedih meninggalkan Stifar, tapi saya kasihan dengan mahasiswa, dosen, dan pegawai yang masih menginginkan Stifar maju,” tambahnya.

Jasril, Sekretaris Yayasan UR turut berkomentar. Soal aliran listrik ke perumahan warga, setahunya memang ada dan berizin. “Tiga rumah dan mereka kerja di UR semua. Rahmi—staf rektor, Eki, dan Ucok. Itu pun mereka bayar Rp 350 ribu setiap bulan.” Tuntutan lain, ia mengaku belum membuktikan kebenarannya. “Yang jelas, tak mungkin seorang pimpinan mengarahkan ke jalan yang buruk,” tutupnya.

Tinggalkan komentar